Tidak Semua Orang Berduka atas Meninggalnya Ratu. Ini Alasannya

Terlepas dari popularitasnya, kematian Ratu Elizabeth II tidak ditangisi oleh semua orang, dimana beberapa pihak menggarisbawahi perannya dalam kolonialisme.

Queen Elizabeth II and Prince Phillip watch an Aboriginal culture exhibition.

Queen Elizabeth II and the Duke of Edinburgh watching a culture show at Tjapukai Aboriginal Culture Park, in Cairns, Australia on 1 March 2002. Credit: Fiona Hanson

Ketika orang-orang di seluruh dunia terus memberikan penghormatan kepada Ratu, tidak semua orang berduka atas kepergiannya.

Nyadol Nyoun, pengacara dan ketua kelompok migran dan pengungsi perempuan yang berbasis di Melbourne, Harmony Alliance, menulis di Twitter bahwa ada spektrum luas dalam cara orang memandang Ratu.

Meskipun tidak terganggu oleh orang-orang yang berduka atas kematian Ratu, ia mengatakan penting untuk diingat bahwa tidak semua orang merayakan warisan monarki Inggris, dengan banyak yang mengkritik perannya sebagai kepala negara sementara banyak negara di dunia ini dijajah di bawah Persemakmuran.

"Banyak dari bagian dunia ini yang tidak memiliki versi sejarah yang sama seperti yang diceritakan Dunia Barat pada dirinya sendiri," ujarnya.

LISTEN TO
indonesian_140922_Indo SG Monarchy.mp3 image

Meninggalnya Ratu Elizabeth II menimbulkan pertanyaan: Apa peran monarki Inggris dalam kehidupan Australia kontemporer?

SBS Indonesian

06:57
Queen Elizabeth sits on a gold throne at the House of Lords
Britain's Queen Elizabeth delivers a speech in the House of Lords during the State Opening of Parliament at the Palace of Westminster in London on 11 May, 2021. Source: AAP / AP
Seorang profesor Wiradjuri dari Kajian Pribumi di Macquarie University, Sandy O'Sullivan, mengingatkan masyarakat bahwa bagi banyak komunitas Aborigin dan Kepulauan Selat Torres, warisan Ratu Elizabeth II bukanlah sesuatu untuk dikenang.

"Bagi mereka yang mengatakan kita harus bermurah hati terkait meninggalnya Ratu, sebuah pengingat bahwa Ratu memasukkan dirinya ke dalam kehidupan masyarakat adat di sini beberapa kali," tulis Profesor O'Sullivan di Twitter.
"Dia bukan seorang pengamat efek penjajahan dan kolonialisme, dia adalah arsiteknya.

"Untuk mereka yang mengatakan dia adalah nenek yang baik, mereka tidak melihat bahwa dia memiliki pekerjaan selama beberapa dekade yang mengawasi tindakan yang membuat kehidupan masyarakat adat menjadi lebih buruk."

Profesor O'Sullivan mengatakan kematian Ratu merupakan pengingat tepat waktu untuk "mengangkat cermin ke arah mahkota dan ke Ratu."

"Dia adalah orang yang mempertahankan aturan kolonial, sepatu botnya pada kita."


Dengarkan setiap hari Senin, Rabu, Jumat dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di dan jangan lewatkan kami.

Share
Published 14 September 2022 1:48pm
By Rayane Tamer
Presented by SBS Indonesian
Source: SBS


Share this with family and friends