Poin utama
- Bali sekali lagi masuk dalam daftar tujuan wisata internasional yang 'jangan dikunjungi'.
- Pejabat Indonesia mengatakan mereka bertekad untuk membersihkan tempat liburan tersebut dari para pengunjung yang berperilaku buruk.
- Wisatawan asal Australia yang berpengalaman dengan Bali mengatakan bahwa masih mungkin untuk menemukan bagian-bagian 'Bali kuno' yang masih asli.
Toni Pollard pertama kali mengunjungi Bali pada tahun 1967, setahun setelah ia lulus dengan gelar Bachelor of Arts dan Diploma of Education dari University of Sydney. Hingga kini, ia telah mengunjungi 'Pulau Dewata' sebanyak 80 kali.
“Sawahnya, jalanannya yang sempit, kendaraan di jalan sangat sedikit, kami ke mana-mana naik bemo atau naik sepeda,” kenangnya kepada SBS Indonesian.
There was no plastic. Everything you bought was wrapped in banana leaves or newspaper. Kitchen utensils were made of wood, bamboo or tin.Toni Pollard
Pensiunan guru bahasa Indonesia berusia 80 tahun ini kemudian membandingkan kunjungannya pada tahun 1970-an dengan liburan terakhirnya di Bali pada akhir tahun 2023.
“Perbedaan yang mengerikan adalah volume lalu lintas dan pembangunan hotel serta infrastruktur lainnya yang berlebihan khusus untuk wisatawan yang telah merampas persawahan Bali yang merupakan keajaiban bagi saya,” ujarnya.

Toni Pollard in her son’s garden in Ubud, Bali, in 2017. Credit: Toni Pollard
Daftar tahunan yang disusun oleh pemandu perjalanan yang berbasis di AS ini menyoroti destinasi-destinasi yang disukai wisatawan namun kini dianggap tidak dapat dipertahankan lagi karena popularitasnya.
Rapid, unchecked development spurred by overtourism is encroaching on Bali’s natural habitats, eroding its environmental and cultural heritage, and creating a 'plastic apocalypse'.Fodor
Ini bukan pertama kalinya Bali masuk dalam daftar. Pada tahun 2020, Bali dimasukkan dalam daftar ini karena alasan sampah dan faktor lingkungan.
Alasan ini yang mendorong otoritas setempat untuk mengimplementasikan pajak turis sejak bulan Februari tahun lalu, yang membebankan sebesar Rp. 150.000 ($15) yang akan diperuntukkan bagi "perlindungan budaya dan lingkungan di Bali".

Rubbish strewn on Bali Island's Kuta Beach, December 2024. Source: EPA / MADE NAGI/EPA/AAP Photos
Perilaku yang "toxic", khususnya yang dilakukan oleh turis asing, juga dinilai dapat merusak reputasi Bali sebagai destinasi wisata, ungkapnya.
Ada kurang pengawasan dari pihak berwenang, seperti misalnya pihak imigrasi, terhadap aktivitas yang dilakukan wisatawan tersebut selama berada di Bali, tambahnya.
Kantor berita nasional negara itu ada sebanyak 226 WNA yang ditangkap di Bali selama tahun 2024 untuk berbagai pelanggaran termasuk pelanggaran siber dan narkoba dimana WNA asal AS, Australia dan Rusia menjadi pelanggar terbanyak berturut-turut.
Anggota DPD RI perempuan pertama untuk Bali, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, adalah advokat yang vokal menyuarakan untuk keamanan kampung halamannya.
Djelantik telah menyoroti masalah orang asing yang tidak hanya tidak menghormati budaya dan tradisi Bali tetapi juga mungkin memiliki dokumen yang meragukan mengenai hak tinggal dan hak bekerja mereka di Indonesia.
Bali mengalami "overtourism wisatawan tidak bermutu yang mengambil kesempatan dan memperlakukan warga lokal dengan buruk".
Hal ini menyusul kasus dimana seorang WNA diduga tidak membayar akomodasi yang ditinggalinya di Ubud, menyebabkan kerugian lebih dari 5 juta rupiah ($500).
Kapan Bali berubah?
Bagi Pollard, tahun 1970-an adalah saat lanskap pariwisata Bali berubah.
Dia mengatakan bahwa dirinya ingat saat itu masyarakat Bali mulai memasang poster di luar pura yang menuliskan bahwa ‘bule’ – istilah orang Indonesia untuk ‘orang asing berkulit putih’ – harus berpakaian pantas jika ingin masuk.
“Jelas ada banyak orang tidak sopan yang datang dari pantai dengan mengenakan bikini dan pergi ke kota dan ke pura,” kata Pollard, dengan menambahkan bahwa Bali berubah ketika “hippies dan peselancar” mulai berdatangan.
“Semuanya lebih berorientasi pada masyarakat Bali dan budaya Bali pada saat itu dibandingkan pada wisatawan seperti yang terlihat saat ini.”
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, jumlah kunjungan orang asing melalui bandara dan pelabuhan di Bali sepanjang tahun 2024 mencapai lebih dari 6,3 juta orang, dengan Australia menjadi negara asal terbesar dengan jumlah kunjungan lebih dari 1,5 juta orang.

Newly elected Bali governor, I Wayan Koster, says he wants to clamp down on tourists misbehaving on motorbikes, not wearing helmets, and wearing inappropriate clothes. Credit: Agung Parameswara/Getty Images
“Menurut saya hal yang paling menarik tentang Bali pastinya adalah masyarakat dan budayanya karena Anda bisa merasakan budaya yang sangat berbeda. Orang-orangnya cukup ramah,” ujarnya kepada SBS Indonesian.
Namun dia mengatakan bahwa penduduk setempat membicarakan bahwa Bali berubah menjadi lebih buruk.
Gubernur Bali terpilih untuk periode 2025-2030, I Wayan Koster, bahwa ia akan membersihkan Bali dari wisatawan asing yang berbuat ulah.
"Saya tak ingin lagi turis berulah nakal pakai sepeda motor, tidak pakai helm, pakaian tidak sopan, melanggar lalu lintas," ujar Koster.
"(Saya) tak ingin lagi ada spa pakai prostitusi, tak ingin lagi ada villa ilegal, dan turis yang kerja ilegal.
Persoalan macet, sampah, dan air bersih menjadi hal mendesak (yang) harus segera diatasi," ungkap Koster, yang pada tahun 2023 mengajukan untuk mencabut Visa on Arrival bagi turis Rusia dan Ukraina.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, tidak menganggap serius isu ini, "Saya tidak percaya orang-orang menuduh turis Rusia sebagai yang terburuk diantara pengunjung asing yang tidak mematuhi hukum setempat".
Meski demikian, ia mengatakan bahwa pemerintahnya telah mempertimbangkan untuk membuka kantor konsulat di Denpasar, ibu kota Provinsi Bali, dalam upaya untuk menyelesaikan konflik warganya yang mengunjungi Bali.
Akankah Anda masih mengunjungi Bali?
Bianca mengatakan meskipun dia belum pernah mengalami "pengalaman buruk" di Bali, dia menyarankan agar calon wisatawan "melakukan pekerjaan rumah mereka sebelum mengunjungi pulau itu atau ke mana pun mereka akan pergi".
“Jika Anda pergi di musim hujan, di Asia, dengan pengelolaan sampah saja, banyak sampah yang tersapu di sepanjang pantai (jadi penting untuk mengetahui) di wilayah mana sampah tersebut akan terkumpul,” ujarnya.
“Jika Anda akan bepergian ke mana pun di dunia, saya pasti akan tetap merekomendasikan Bali bagi seseorang yang ingin mengunjunginya dan belum pernah mengunjunginya.”

Bali's rice fields are worth seeking out. Credit: Pexels
"Coba keluar dari jalur yang biasa. Gunakan jalan-jalan kecil yang tidak macet. Anda perlu mengetahui beberapa jalan-jalan kecil untuk bisa sampai ke sawah ini dengan melewati gang-gang kecil dan seterusnya," jelasnya.
"Tapi begitu Anda sampai di luar sana, tiba-tiba Anda berada di dunia lain."
*nama belakang tidak digunakan karena alasan privasi.