Fodor's Travel, sebuah panduan wisata ternama dari AS, memang telah memasukkan Bali ke dalam "Daftar No Fodor 2025".
Daftar ini menyoroti destinasi yang mengalami dampak negatif dari overtourism.
Menurut I Nengah Subadra, Doktor Pariwisata dan Associate Professor di Universitas Triatma Mulya, Bali, overtourism bermanifestasi sebagai gejala negatif yang diakibatkan oleh pembangunan pariwisata. Gejala ini dapat mencakup kerusakan lingkungan, beban infrastruktur, dan penggusuran masyarakat lokal.
Land owner watching his neighbouring farm being cleared for development of multi story building. Credit: Ade Mardiyati
BALI, INDONESIA - AUGUST 11: Indonesian riders on their motorbikes queue to Sanur beach in Bali, Indonesia on August 11, 2019. Credit: Athanasios Gioumpasis/Getty Images
Di samping itu, perilaku wisatawan terutamanya warga negara asing yang ‘toxic’ juga dianggap sebagai bagian dari dampak negatif yang merusak reputasi Bali sebagai destinasi wisata.
I Nengah Subadra menyoroti kurangnya pengawasan dari pihak terkait akan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para wisatawan ini. Sebagai akibatnya, kerap kali terjadi ditemukan kasus-kasus kejahatan mulai dari yang ringan hingga berat seperti misalnya warga negara asing mengelola bisnis prostitusi online, menjadi pelaku pembunuhan, dan sebagainya.
Kejadian-kejadian seperti ini diharapkan akan dapat diminimalisir dengan adanya pengawasan yang lebih ketat lagi oleh pihak Imigrasi serta Kepolisian Bali dengan didukung oleh masyarakat setempat, ujar Nengah.
A government decree is being prepared to regulate temple visits on the island of Bali. Source: AAP
Ade Mardiyati