Dengarkan

Seniman Ini Ungkap Keragaman Budaya lewat Ilustrasi
SBS Indonesian
10:12
Kebaya kuning menyala tampak mencolok di dinding galeri seni Melbourne. Ini karya Adrianne Waluyo dalam pameran "Women of the West" di Laneway Gallery, Laverton, bulan Maret lalu.
"Kenapa saya pilih kebaya? Karena saya rasa orang Australia sangat akrab dengan Bali. Dan saya sebagai orang yang besar di Jawa, saya ingin menunjukkan bahwa ada juga budaya Indonesia lain yang juga indah", ungkap Walujo, dalam wawancara dengan SBS Indonesian.
Walujo, 30, bekerja sebagai ilustrator dan desainer di Melbourne selama delapan tahun. Dalam karya-karya nya, dia kerap menjembatani budaya melalui seni visual.
Suara dari barat Melbourne
Judul "Women of the West" punya arti ganda. Ini merujuk kepada budaya Barat, dan juga perempuan-perempuan yang tinggal di kawasan barat Melbourne. Mereka berasal dari berbagai latar belakang.
"Saya ingin menunjukkan budaya-budaya yang berbeda di tengah kultur Australia," ujar Walujo. "Di tengah-tengah ini semua begitu banyak budaya-budaya indah yang bisa dipelajari."
Walujo juga berharap suatu hari nanti jika ada kesempatan lagi untuk bekerja dalam skala yang lebih besar, dia ingin memperkenalkan budaya-budaya Indonesia lainnya dalam bentuk seni visual atau animasi.
“Supaya orang bisa melihat Indonesia itu sangat kaya, apalagi Australia yang sebetulnya tetangganya Indonesia juga," ujar Walujo.
Aksen visual
Sebelum kebaya kuning, Walujo menciptakan "Accents Visualised". Ini terinspirasi dari pengalamannya sendiri.
"Dulu setiap kali orang tanya gitu aku jadi kepikiran tentang, oh, harusnya Inggris aku tuh kayak gimana sih supaya orang nggak nanya kayak gitu lagi," ujar Walujo. "Cuman, aku sadar sepanjang aku ngobrol sama orang-orang di sini, semua orang tuh sebenarnya punya aksen. Dan nggak ada aksen yang superior."
Dalam animasinya, Walujo menunjukkan orang-orang mengucap "hello" dengan font berbeda. Dan karyanya mendapat sambutan hangat.
"Banyak orang yang ternyata merasakan hal yang sama dengan saya, dan mereka bilang dengan art, mereka jadi bisa melihat aksen mereka dengan perspektif yang berbeda," ujar Walujo.