Dengarkan

Program Ini Bantu Komunitas Indonesia Atasi Halangan Budaya, Mitos Salah tentang Autisme
SBS Indonesian
32:15
adalah proyek nasional yang didanai oleh pemerintah federal Australia yang rutin memberikan pembelajaran terkait autisme bagi komunitas sekolah dan umum.
Proyek yang dimulai pada tahun 2008 ini dalam perjalanannya kemudian juga memberikan sumber informasi dalam bahasa selain bahasa Inggris sehingga dapat lebih melayani komunitas berlatar belakang budaya dan bahasa yang berbeda (Culturally and Linguistically Diverse/CALD).
Pada bulan Oktober tahun lalu, untuk pertama kalinya workshop/lokakarya ini diselenggarakan bagi komunitas berbahasa Indonesia dan diadakan di Australia Barat. Tema yang dibawakan saat itu adalah tentang sensory proccessing. Tahun ini mereka akan kembali mengadakan workshop dalam bahasa Indonesia dengan tema yang berbeda.

Positive Partnerships' Indonesian delivery team (L-R: Josephine Ratna, Fenny Hadiwinata, Emilita Cornain). Credit: Supplied
"Mereka [peserta] bisa keluar dari workshop itu dengan strategi dan sedikit ada ide tentang 'ok, habis ini kita mesti ke mana dan bagaimana'," jelas Emilita Cornain, psikolog berbasis di Perth yang juga menjadi anggota delivery team dari Positive Partnerships.
Tidak hanya terkait dengan autisme secara profesional, Cornain juga memiliki hubungan personal dengan kondisi ini. Adik bungsunya didiagnosa autis lebih dari 20 tahun yang lalu saat keluarganya masih tinggal di Indonesia.
Cornain mengatakan bahwa hingga kini pun masih banyak mitos seputar autisme seperti misalnya bahwa kondisi ini disebut sebagai kutukan, karma, nasib buruk, hingga hal salah yang dilakukan si ibu saat hamil.
They're different but they're not less. They still deserve to have a good, productive life.Fenny Hadiwinata, mother of an autistic child
Salah satu anggota delivery team lainnya, Fenny Hadiwinata, adalah seorang ibu dari anak autis yang didiagnosa berada di spektrum autisme saat keluarga ini baru tinggal di Australia lebih dari 17 tahun yang lalu. Ia mengaku mengalami saat-saat yang tidak mudah terlebih dengan latar belakang budang Indonesia-nya dimana tidak lazim membicarakan autisme secara terbuka.
"Untuk anak usia sekolah atau sebelum sekolah, kadang-kadang tidak semudah itu untuk kita bisa yakin ini autis atau tidak," ujar Hadiwinata, yang mengaku masih terus belajar tentang autisme mengingat kondisi ini bukanlah "penyakit sehingga harus disembuhkan".
Cornain dan Hadiwinata mengatakan bahwa lokakarya yang mereka lakukan bersama Positive Partnerships ini disampaikan dengan cara yang tidak menggurui, dan bisa menjadi tempat untuk berbagi beban dan juga kiat dengan "mereka yang berada pada perahu yang sama".
Dengarkan perbincangan SBS Indonesian selengkapnya dengan Fenny Hadiwinata dan Emilita Cornain.